KISAH CINTA SAYYIDINA ALI DAN FATHIMAH
“Beristirahatlah wahai Fatimah, agar sakitmu segera hilang,” kata Sayyidina Ali kepada istri tercintanya, Sayyidah Fatimah binti Rasulullah SAW. Saat itu Sayyidah Fatimah sedang jatuh sakit selama berhari-hari. Dan selama itu pula Sayyidina Ali hampir tidak beranjak keluar rumah, demi mengurusi segala keperluan Sayyidah Fatimah.
“Aku telah cukup beristirahat”, jawab Sayyidah Fatimah dengan suara lirih, “sampai-sampai aku malu apabila melihatmu mengerjakan tugas seorang ibu.”
“Jangan pikirkan itu. Bagiku semua ini sangat menyenangkan.” Jawab Sayyidina Ali
“Tapi sudah terlalu lama rasanya engkau menggantikan pekerjaanku”. Sayyidah Fatimah berkata kepada suami Tercintanya.
Sungguh, Sayyidah Fatimah merasa sangat tidak nyaman telah merepotkan suaminya dengan keadaannya.
“Jangan pikirkan itu. Aku melakukan segalanya dengan senang hati. Percayalah.” Jawab Sayyidina Ali dengan suara lembut rasa Cinta yang mendalam kepada isterinya Putri Rosulullah itu.
“Engkau sungguh suami yang mulia”.
Tak terasa butiran bening mengalir dari kedua mata Sayyidah Fatimah.
"Wahai istriku, adakah engkau menginginkan sesuatu?” Sayyidina Ali pun bertanya kepada istrinya. Ia berpikir, barangkali ada makanan kesukaannya yang bisa membuat Sayyidah Fatimah agak baikan.
“Sesungguhnya” kata Sayyidah Fatimah setelah terdiam dan berpikir beberapa saat,
"sudah beberapa hari ini aku menginginkan buah delima.” ujar sayyidah fatimah dengan lirih dan air mata yang mengalir.
“Baiklah.. Aku akan membawakannya untukmu dengan rezeki yang diberikan Alloh kepadaku” kata Sayyidina Ali sambil bersiap keluar rumah.
Sayyidina Ali pun bergegas ke pasar dengan semangat. Sambil membayangkan istrinya di rumah sedang menunggu buah delima idamannya. Tapi ternyata uang yang dimiliki Sayiddina Ali hanya cukup untuk membeli sebuah delima. Tidak lebih. Maka sebuah delima itulah yang dibawanya pulang dengan segera.
Di tengah perjalanan pulang, Sayyidina Ali melihat seorang renta yang sedang menggigil di sudut jalan. Ia pun menghampiri orang itu dan menyapanya.
“Assalamu’alaikum, wahai sahabat”
kata Sayyidina Ali ramah
’Alaikumussalam... “
sahut orang itu dengan suara lirih seakan menunjukkan betapa lemah tubuhnya.
“Apa yang terjadi dengan dirimu?”
kata Sayyidina Ali kemudian.
“Sudah sejak dua hari lalu perutku tak kemasukan makanan apa pun”
Sayyidina Ali pun tercengang. Kebimbangan menyelimuti hati dan pikirannya. Sungguh, ia begitu ingin memberikan buah delima yang baru dibelinya kepada orang itu. Tapi terbayang sosok Sayyida Fatimah yang begitu dicintainya sedang tergolek lemah dan menunggu buah darinya Akhirnya Akhirnya Sayyidina Ali memotong buah delima itu menjadi dua bagian. Separuhnya ia berikan kepada orang tua itu, dan separuhnya Sayyidina Ali bawa pulang.
Sesampainya di rumah, Sayyidah Fatimah agak heran melihat buah delima yang hanya sepotong itu. Sayyidina Ali pun menjelaskan tentang kejadian yang baru dialaminya sambil mempersilahkan Sayyidah Fatimah menikmati buah delimanya.
Tiba-tiba mereka mendengar suara suara ketukan pintu dan ucapan salam dari seorang laki-laki. Rupanya Salman Al Farisi yang datang. Ia datang membawa bungkusan makanan.
“Apa yang kau bawa itu wahai Salman?,
tanya Sayyidina Ali kepada Salman.
“Buah delima” sahut Salman
“Dari mana engkau mendapatkannya?”
“Dari Alloh, untuk RosulNya, kemudian untuk Anda”
Sayyidina Ali pun segera membuka bungkusan yang dibawa Salman dan menghitung buah delima di dalamnya. Ternyata jumlahnya sembilan buah.
“Tidak mungkin ini dari Alloh” kata Sayyidina Ali kepada Salman.
kalau ini benar dari Alloh" lanjutnya,
"maka jumlahnya adalah sepuluh buah. Sebab Alloh telah berfirman, ‘Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya’“.
Salman pun tersenyum malu. Ia memang membawa sepuluh buah delima. Dan ia sengaja menyembunyikan satu buah untuk menguji kecerdasan Sayyidina Ali itu.
Begitulah. Seorang pemuda hasil didikan langsung Rosulullah SAW menikah dengan seorang gadis yang juga hasil didikan langsung Rosulullah SAW. Maka hasilnya adalah sebuah cinta yang bersandar kepada Allah dan Rosulullah.
Sebuah cerita cinta yang menjadi inspirasi yang berujung cinta kepada Allah dan Rosulullah. Bukan berarti keluarga dua manusia hebat ini tak luput dari berbagai persoalan. Kekurangan materi, sampai pertengkaran-pertengkaran pun mewarnai kisah pernikahan mereka selama kurang lebih sepuluh tahun. Tapi semuanya dikembalikan kepada Allah dan RosulNya.
Dan catatan sejarah menyimpulkan bahwa kelak keturunan mereka akan menjadi orang-orang yang luar biasa.
Posting Komentar